Mediabidan.com – Pernah melihat kulit bayi memerah
bahkan meradang?. Kejadian bayi mengalami gangguan kulit cukup banyak
terjadi, mulai dari gangguan kulit ringan hingga berat. Akibatnya bayi
rewel dan sering menangis.
Dokter anak dari RSUD dr Soetomo, dr Martono Tri Utomo SpA mengatakan
anatomi kulit bayi sangat berbeda dengan kulit orang dewasa. Pada bayi,
struktur kulitnya lebih tipis, ikatan antar sel lebih lemah,
permeabilitas lebih tinggi, rambut lebih jarang dan lebih halus.
Produksi kelenjar keringat dan kelenjar lemak masih kurang, kulit bayi
juga rentan terhadap iritasi dan infeksi serta kulit bayi memiliki
reaksi alergi yang rendah.
“Ada beberapa masalah pada kulit bayi yang sering dijumpai,” ungkap
dr Martono pada acara Seminar dan Talkshow Bidan 2011 dengan tema “
Upaya Kesehatan Kulit Ibu dan Anak menuju MDG’S 2015 “ yang digelar di
Rumah Makan Nur Pasific Surabaya, 3 Maret 2011.
Yang pertama, sebut dr Martono adalah eksim susu dengan tanda
munculnya pada pipi kanan atau pipi kiri. Eksim susu merupakan jenis
dermatitis atopi. Secara klinik tandanya adalah adanya warna kemerahan
dengan ukuran bervariasi, adanya gelembung kecil berisi cairan jernih,
bila pecah akan basah berair atau bernanah. Setelah kering akan
menimbulkan keropeng kekuningan atau kehitaman,kulit bersisik kering.
Bila eksim berulang maka kulit akan menebal kehitaman.
“Faktor yang berpengaruh ada dua, yaitu dari dalam atau faktor
genetik atau keturunan. Sedang untuk faktor luar kulit terlalu kering
atau sebaliknya kulit terlalu basah,” jelas dr Martono.
Gangguan kulit yang kedua, ungkap dr Martono adalah Miliria atau
lebih dikenal dengan istilah biang keringat atau keringat buntet.
Miliria artinya adalah adanya kelainan kulit akibat sumbatan kelenjar
keringat ditandai dengan vesikel milier. Biasanya terjadi di dahi,
leher, dada, punggung dan kadang-kadang kepala. Secara klinis miliari
terlihat dengan adanya kulit kemerahan disertai rasa gatal sehingga bayi
rewel, dengan gelembung-gelembung kecil berair. Faktor yang berpengaruh
adalah udara panas dan lembab, ventilasi kurang, pakaian tebal dan
ketat serta aktivitas bayi yang tinggi.
“Gangguan kulit bayi yang ketiga adalah Impetigo atau piodermia
superfisialis (terbatas pada epidermis) yang disebabkan oleh
staphyococcus aureus atau streptococcus B hemolitikus atau keduanya,”
paparnya.
Martono menjelaskan faktor predisposisi adalah higiene yang kurang
atau kurangnya kebersihan, menurunnya daya tahan, telah ada penyakit
lainnya di kulit. Secara klinis adanya eritema, bula, dan dapat terjadi
pecah yang membentuk koleret dan dasarnya eritema.
“Yang keempat dan banyak terjadi adalah penyakit diaper rash atau ruam popok,” sebutnya.
Ruam popok, jelas dr Martono adalah ruam kulit akibat radang di
daerah tertutup popok antara lain genitalia, sekitar anus, bokong,
lipatan paha dan suprapubik. Bila ringan ditemukan adanya kemerahan pada
daerah yang tertutup popok, sedang untuk yang parah ditemukan adanya
bintik-bintik merah, luka atau lecet, bersisik, basah dan bengkak.
“Penyebabnya adalah popok yang tidak segera diganti setelah buang air
besar ataupun buang air kecil sehingga terjadi dermatitis
iritan,”pungkasnya.
sumber: http://mediabidan.com/empat-penyakit-kulit-pada-bayi/
Thursday, October 25, 2012
Membangun Daya Saing Dalam Pendidikan Bidan - Pelatihan Pratugas Bidan PTT Menjadi Prasyarat Masuk Dunia Kerja - Indonesia Akan Mengalami Surplus Bidan pada 2015 - Berapakah Seharusnya Ibu Hamil Mengalami Kenaikan Berat Badan? - Juknis Jampersal 2012 Telah Terbit - Empat Penyakit Kulit pada Bayi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment